Hal.:
115 – 129
EDISI
KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 115
KEPEMIMPINAN
ORGANISASI MASA DEPAN
KONSEP DAN STRATEGI
KEEFEKTIFAN*)
Nursya’bani
Purnama
Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Abstract
Future organization
will face business environment changes that demand organization to build new
competence. Leadership
becomes a critical factor that must be possessed by future organization
leaders. To
sustain organization’s
success, future organization leaders have to formulate the precise and clear vision
and
communicate the vision
through all organization elements. The prominent competence possessed by future
organization leaders
involves strategic thinking ability, leadership in change and skill developing
a good
relationship.
In addition to there are
special skills concering difficult learning, maximing energy, resonant
simplicity,
multiple focus, and
mastering inner sense.
Key words: Kepemimpinan, Kompetensi, Strategi Keefektifan
PENDAHULUAN
Tanpa
memperhatikan industri, ukuran atau lokasi, memasuki
abad 21,
organisasi bisnis dihadapkan pada berbagai tantangan bisnis
yang kritis
dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi
membangun
kemampuan baru. Tantangan yang paling kompetitif
adalah
penyesuaian kepada perubahan yang tiada henti-hentinya. Faktor-
faktor
lingkungan bisnis yang terus mengalami perubahan, menjadikan
masa depan
bisnis semakin tidak pasti dan mengalami turbulansi.
Perubahan-perubahan
yang terjadi menuntut organisasi untuk membangun
kemampuan
baru. Organisasi harus selalu dalam kondisi transformasi yang
tidak pernah
berakhir, bersifat fundamental, dan kontinyu.
Mendasarkan
pada gambaran di atas, kepemimpinan yang efektif
menjadi faktor
kritis yang sangat menentukan keberhasilan organisasi.
Untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi, organisasi
membutuhkan
pemimpin dan kepemimpinan yang cocok dengan karakteristik
organisasi
masa depan. Pertanyaannya, kepemimpinan yang bagaimana
yang harus
dimiliki yang bisa membawa organisasi mencapai tujuannya?
Untuk menjawab
hal itu, tulisan ini akan mencoba mencari dan menelusuri
*)
Pernah diterbitkan pada Jurnal Siasat
Bisnis edisi No. 5 Vol. 1, 2000
Nursya’bani
Purnama, Kepemimpinan
Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN:
0853-7665
116
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
jawaban, serta
menyodorkan karakteristik kepemimpinan yang efektif organisasi
masa depan.
Pembahasan berturut-turut meliputi teori kepemimpinan,
karakteristik
kepemimpinan yang efektif, pendekatan peningkatan
keefektifan
kepemimpinan, dan disertai model diagnosis perilaku organisasi
yang mendukung
kepemimpinan yang efektif.
TEORI KEPEMIMPINAN
Teori Kepemimpinan
Beberapa teori
kepemimpinan telah dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Robbin
(1996) terdapat tiga pendekatan teori kepemimpinan, yaitu:
1) pendekatan
teori sifat, 2) pendekatan teori perilaku, dan 3) pendekatan
teori
kontinjensi. Menurut teori sifat, pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat.
Para pemimpin
memiliki pembawaan sejak lahir yang memungkinkan
mereka
memimpin orang lain. Teori perilaku menyatakan bahwa isu utama
dalam
kepemimpinan adalah menjadikan pemimpin efektif atau gaya
kepemimpinan
terbaik. Keefektifan pemimpin menggunakan gaya khusus
untuk memimpin
perorangan dan kelompok dalam mencapai tujuan tertentu
akan menghaisilkan
moral dan produktivitas yang tinggi. Sedangkan teori
kontinjensi
menyatakan bahwa keefektifan personalitas, gaya, atau perilaku
pemimpin
tergantung pada sejauhmana pemimpin mampu menyesuaikan
dengan situasi
yang dihadapi. Beberapa pendekatan yang lebih mutakhir
antara lain
teori kepemimpinan karismatik (Housse: 1977, Conger dan
Kanungo:1988),
kepemimpinan transaksional-transformasional (Burn:
1978, Bass:
1985, Seltzer dan Bass: 1990, Bass dan Avolio: 1993), dan
kepemimpinan
visioner (Nanus:1992).
Menjadi
pemimpin tidak bisa terjadi seketika, tetapi membutuhkan
perjalanan
yang tidak singkat. Bennis dalam Hitt (1993), memberikan pandangan
secara umum
tentang kepemimpinan. Dia mengatakan bahwa
proses menjadi
pemimpin identik dengan proses menjadi manusia seutuhnya.
Jalur yang
harus ditempuh pemimpin sebagai orang yang berfungsi
sepenuhnya
melalui sejumlah kebijaksanaan berikut:
1)
Kepemimpinan pada umumnya didefinisikan sebagai suatu pengaruh,
seni atau
proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan bertindak
secara
sukarela menuju pencapaian tujuan kelompok.
2) Pengaruh
ini ditimbulkan melalui hubungan pribadi yang efektif antara
pemimpin dan
pengikut. Hubungan ini akan mendongkrak pengikut
menjadi
pribadi yang lebih baik.
ISSN:
0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan
Strategi….
EDISI
KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 117
3) Bagi
seorang pemimpin agar dapat menyelaraskan pengikut menjadi
pribadi yang
lebih baik, pemimpin harus berada pada “level keadaan
yang lebih baik”
dari pengikutnya.
4) Dengan
level kedaan yang lebih baik berarti pemimpin memiliki kematangan
secara
psikologis. Derajat kemampuan pemimpin menciptakan
hubungan yang
mendorong pertumbuhan pengikut sebagai pribadi yang
terpisah
merupakan ukuran pertumbuhan psikologis.
5) Pemimpin
yang matang kepribadiannya adalah orang yang berfungsi
sepenuhnya.
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang
yang
menggunakan semua kemampuan yang telah dibentuk menjadi
suatu
kesatuan.
Untuk menjadi
orang yang berfungsi sepenuhnya, menurut paradigma
kepemimpinan,
setiap manusia memiliki potensi untuk mendaki empat
tingkatan
potensi manusia, yaitu:
1) Empirical existence (eksistensi
empiris)
Hidup dalam
dunia sehari-hari, mencari kesenangan dan menghindari
kesedihan.
Pada tingkatan ini seseorang akan mampu menciptakan
peta untuk
mengatasi persoalan kehidupan sehari-hari.
2) Consciousness at large (kesadaran
yang luas)
Memperoleh
pengetahuan obyektif, pengetahuan yang valid dan universal.
Pada tingkatan
ini seseorang bisa menciptakan peta pengetahuan
obyektif,
valid, dan universal.
3) Spirit (semangat)
Mengidentifikasi
gagasan-gagasan yang menonjol dalam gerakangerakan,
partai
politik, lembaga-lembaga atau organisasi. Pada tingkatan
ini seseorang
akan mampu menciptakan peta untuk memandu
mengidentifikasi
gagasan dan keyakinan.
4) Existenz (eksistensi)
Menemukan
jatidiri secara otentik. Pada tingkatan ini seseorang akan
sadar bahwa
dia memiliki kebebasan untuk menciptakan peta diri sendiri.
Kompetensi Kepemimpinan
Untuk menjadi
pemimpin atau disebut menjadi orang yang berfungsi
sepenuhnya,
seorang pemimpin harus melewati 4 tingkatan seperti
disinggung di
atas (eksistensi empiris, kesadaran yang luas, semangat, dan
eksistensi).
Tingkatan tersebut bersifat hirarkis, setiap tingkatan yang lebih
tinggi
mencakup dan memberi arahan tingkatan-tingkatan sebelumnya.
Pemimpin yang
efektif akan selalu berusaha mengembangkan diri dan
Nursya’bani
Purnama, Kepemimpinan
Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN:
0853-7665
118
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
bergerak
mendaki tangga hirarki. Pemimpin tidak punya batas untuk
mendaki
puncak.
Untuk mendaki
tingkatan-tingkatan dalam tangga potensi manusia,
seorang
pemimpin harus memiliki kompetensi. Kompetensi adalah karakter
mendasar yang
harus dimiliki seseorang yang menyebabkan dia sanggup
menunjukkan
kinerja yang efektif atau superior di dalam suatu pekerjaan,
atau karakter
mendasar yang memberikan kontribusi terhadap kinerja
menonjol dalam
suatu pekerjaan (Spencer dan Spencer: 1993). Menurut
Hitt (1993)
terdapat 25 kompetensi penting yang harus dimiliki seorang
pemimpin yang
terangkum dalam 5 dimensi, yaitu: reason,
sources of
power, knowledge, core leadership
functions, dan character
1) Reason (Nalar)
Setiap
pemikiran manusia dipenuhi oleh konsep dan fakta. Nalar bisa
mengkonsolidasikan
fakta dan konsep yang berlainan menjadi satu
kesatuan yang
bermakna. Nalar selalu mempertanyakan, menguji, dan
menjawab
fakta. Nalar menghubungkan semua orang dan memungkingkan
berhubungan
dengan orang lain dengan berbagai budaya,
bahasa, yang
mungkin bertentangan. Perwujudan nalar meliputi: 1)
ketrampilan
konseptual, yaitu kemampuan untuk melakukan abstraksi
dan
generalisasi, 2) pemikiran logis, yaitu kemampuan menerapkan
pendekatan
sistematis dalam pemecahan masalah, 3) pemikiran
kreatif, yaitu
kemampuan untuk membawa gagasan menjadi kenyataan,
4) pemikiran
holistik, yaitu kemampuan mengangkat situasi total,
dan 5)
komunikasi, yaitu kemampuan berdialog dengan orang lain,
beradu nalar
dengan orang lain untuk mencari kebenaran yang bisa
diterima dua
pihak.
2) Sources of power (sumber
kekuasaan)
Saat ini
kekuasaan dianggap sesuatu yang penting dalam kepemimpinan
yang efektif.
Pemimpin yang efektif harus memiliki sumber-sumber
kekuasaan yang
utama, yaitu: 1) staf, yaitu tim yang terdiri orang-orang
yang punya
kesiapan, bersedia bekerja, dan memiliki kemampuan
melaksanakan
pekerjaan, 2) informasi, yaitu pengetahuan yang dibutuhkan
untuk
melakukan pekerjaan, dan 3) jaringan, yaitu kontak
pribadi,
dengan siapa gagasan, informasi maupun sumber daya bisa
dibagi.
Handy (1996)
menyebutkan tiga atribut yang perlu dimiliki oleh
pemimpin agar
ia memperoleh kekuasaan dari pengikutnya, yaitu:
memiliki
keyakinan diri yang kuat yang diimbangi dengan mempertanyakan
kembali
keyakinan tersebut, memiliki kegairahan terhadap
pekerjaan yang
diimbangi dengan kesadaran terhadap dunia lain, dan
mencintai
orang yang diimbangi dengan keberanian untuk berjalan
dalam
kesendirian. Pemimpin juga harus mendapat kredibilitas dan
kepercayaan
dari para bawahan (Chandra: 1997; Pradiansyah: 1997).
Agar
memperoleh kredibilitas, seorang pemimpin harus jujur, melihat
jauh ke depan,
memberi inspirasi, dan cakap.
3) Knowledge (pengetahuan)
Pemimpin yang
efektif harus memiliki pengetahuan. Meskipun tidak
semua
informasi bisa dikuasai, mereka harus bisa menyaring informasi
yang penting.
Pemimpin yang efektif memiliki 5 karakteristik
pengetahuan,
meliputi: 1) mengetahui diri sendiri mengetahui kekuatan
Nursya’bani
Purnama, Kepemimpinan
Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN:
0853-7665
120
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
dan kelemahan
diri sendiri dan secara aktif mencari umpan balik untuk
pertumbuhan,
2) mengetahui pekerjaan –memahami persyaratan kerja
dan bagaimana
pekerjaan memberi kontribusi pada organisasi, 3)
mengetahui
organisasi –memahami budaya organisasi dan bagaimana
melakukan
segala sesuatu secara efektif dan efisien, 4) mengetahui
bisnis yang
dimasuki– memahami lingkungan eksternal dengan baik
untuk
mengetahui kebutuhan klien dan apa yang bernilai bagi klien,
dan 5)
mengetahui dunia –memahami komunitas dunia dan bagaimana
komunitas yang
kecil berhubungan dengan yang besar.
4) Core leadership function (fungsi
kepemimpinan inti)
Pemimpin yang
efektif harus mampu mengangkat nilai-nilai pengikutnya
dengan terus
mendorong para pengikut untuk mendaki hirarki sehingga
muncul “nilai
baru”. Pemimpin yang efektif melaksanakan 6
fungsi inti,
yaitu: 1) menilai –mengetahui nilai-nilai organisasi dan
mampu
menterjemahkan nilai-nilai tersebut dalam praktek, 2) membuat
–memiliki
gambaran mental yang jelas tentang masa depan yang
dikehendaki
organisasi, 3) memandu –membantu orang lain mengembangkan
pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mencapai
visi tersebut,
4) memberdayakan –membantu orang lain bergerak
mencapai misi
tersebut, 5) membangun tim –membangun koalisi
dengan orang
yang membangun komitmen pada diri mereka sendiri
untuk mencapai
visi tersebut, dan 6) mempromosikan kualitas –mencapai
reputasi untuk
selalu memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
5) Character (karakter)
Pemimpin yang
baik harus memiliki 6 karakteristik berikut: 1) identitas –
mengetahui dia
siapa dan dia bukan siapa, memiliki keutuhan dan
integrasi, 2)
kemandirian –menjadi orang yang bisa mengarahkan dirinya
sendiri, 3)
keaslian –menunjukkan jati diri yang sesungguhnya
pada orang
lain, mempertahankan kesesuaian antara nilai diri sendiri
dengan nilai
yang ada di luarnya, 4) tanggung jawab terhadap tindakan
dan keputusan
yang dilakukan, 5) keberanian untuk terus melangkah
meskipun ada
hambatan, dan 6) integritas –dipandu oleh sejumlah
prinsip-prinsip
moral dan diakui oleh orang lain sebagai orang yang
berintegritas.
Di samping
harus memiliki kompetensi di atas, pemimpin yang efektif
bagi
organisasi masa depan juga harus memiliki sejumlah ketrampilan
khusus. White,
et al. (1997) menyebutkan ketrampilan khusus yang
harus dimiliki
meliputi: difficult
learning, maximizing energy, resonant
simplicity, multiple focus, dan
mastering inner sense.
ISSN:
0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan
Strategi….
EDISI
KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 121
Difficult learning
Dalam
organisasi belajar, pemimpin organisasi harus mampu
mendorong
seluruh anggota organisasi untuk mengidentifikasi apa yang
belum mereka
ketahui dan segala sesuatu permasalahan yang belum
ditemukan cara
pemecahannya.
Maximing energy
Pemimpin
organisasi masa depan dengan memaksimalkan daya
harus bisa
membuat keputusan bisnis yang berkualitas, memiliki dorongan
yang kuat
untuk keluar dari status quo masa kini atau dari suatu
pemecahan yang
kompromistis.
Resonant simplicity
Pemimpin
organisasi masa depan harus punya ketrampilan
berpikir dan
berlogika secara sederhana untuk mendukung kelancaran proses
komunikasi.
Multiple focuses
Pemimpin
organisasi masa depan harus bisa menyatukan fokus
cara berpikir
dan bertindak anggota organisasi yang berbeda menyangkut
rencana
strategis dan kegiatan, melalui metode persuasif dan advocacy.
Mastering inner sense
Dalam kondisi
yang diwarnai berbagai perubahan, keputusan
yang harus
dibuat cepat pemimpin organisasi masa depan di samping
harus mampu
berlogika dan menggunakan rasio, juga dituntut memiliki
kemampuan inner sense (kemampuan
ilmu dalam). Dalam kondisi yang
serba gampang
berubah dengan cepat, dengan kemampuan ilmu dalam
diharapkan
seorang pemimpin dapat membuat keputusan dengan cepat
meskipun
dengan resiko harus keluar dari “rel” aturan birokrasi.
KEPEMIMPINAN ORGANISASI MASA DEPAN
Visi dan Kompetensi Kepemimpinan
Organisasi Masa Depan
Dengan
landasan penalaran yang tajam, Brill dan Worth (1997)
memberikan
ramalan bahwa organisasi masa depan yang akan mampu
bersaing harus
memiliki visi yang jelas dan terarah. Visi adalah suatu
pernyataan
yang berisi arahan yang jelas tentang apa yang harus diperbuat
organisasi di
masa yang akan datang. “A
vision is a realistic, credible,
attractive future for your
organization” (Nanus: 1992). Visi yang jelas dan
Nursya’bani
Purnama, Kepemimpinan
Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN:
0853-7665
122
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
tepat sesuai
dengan kebutuhan organisasi akan mampu menumbuhkan
hal-hal
berikut: 1) menumbuhkan komitmen karyawan terhadap pekerjaan
dan mampu
memupuk semangat kerja karyawan, 2) menumbuhkan rasa
kebermaknaan
di dalam kehidupan kerja karyawan, 3) menumbuhkan
standar kerja
yang prima, 4) menjembatani keadaan organisasi masa
sekarang dan
masa depan. Penelitian Collin dan Porras (dalam Pradiansyah:
1997),
menunjukkan bahwa organisasi yang memiliki visi dapat
melampaui
prestasi organisasi yang tidak memiliki visi sampai 55 kali.
Suatu survai
yang dilaksanakan majalah Fortune terhadap 1500
pimpinan
senior perusahaan, mengungkapkan ciri-ciri atau kemampuan
paling dominan
yang harus dimiliki pimpinan pada tahun 2000 adalah kemampuan
merumuskan
visi masa depan (Korn: 1989 dalam Chandra:
1997). Menurut
Kotter (1996) visi organisasi merupakan tanggung jawab
pemimpin
organisasi. Visi adalah komponen sentral dari kepemimpinan
yang hebat (great leadership). Dengan
visinya seorang pemimpin memberikan
jaminan
kepastian/keamanan kepada anak buahnya dalam menyesuaikan
diri dengan
perubahan karena pengaruh perubahan lingkungan
(Pradiansyah:
1997).
Sudah jelas
bahwa pekerjaan yang tidak ringan dan menjadi keharusan
bagi seorang
pemimpin untuk dapat merumuskan visi kepemimpinannya
(visi
organisasi) dengan jelas dan terarah. Untuk dapat merumuskan
visi yang
jelas, kepemimpinan organisasi harus mempertanyakan
hal-hal
berikut (Nanus: 1992): apa visi dan tujuan organisasi saat ini, apa
manfaat
organisasi bagi masyarakat, apa ciri wilayah kerja dan kerangka
kerja
institusional dimana organisasi beroperasi, apa keunikan organisasi di
dalam wilayah
garapan atau di dalam struktur yang dimasuki, dan hal-hal
apa yang harus
dilakukan agar organisasi maju dan berkembang?
Di depan telah
disodorkan kompetensi yang harus dimiliki seorang
pemimpin yang
terangkum dalam 5 dimensi. Mendasarkan pada fenomena
perubahan yang
terus menerus terjadi, di samping harus memiliki visi yang
jelas dan
terarah, pemimpin organisasi masa depan harus memiliki
kompetensi
yang menonjol sesuai lingkungan perubahan. Spencer, et al.
(1994)
mengidentifikasi beberapa kompetensi yang akan semakin penting
bagi pemimpin
organisasi masa depan yang meliputi: 1) kemampuan
berpikir
strategis, yaitu kemampuan untuk memahami kecenderungan
perubahan
lingkungan yang berlangsung cepat, peluang pasar, ancaman
kompetisi, kekuatan
dan kelemahan organisasi yang dipimpinnya, serta
mampu
mengidentifikasi tanggapan-tanggapan strategis, 2) kepemimpinan
dalam
perubahan, yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan visi
ISSN:
0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan
Strategi….
EDISI
KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 123
strategis
organisasi kepada seluruh pihak yang terkait, menciptakan
komitmen dan
motivasi, penggerak inovasi dan semangat kewirausahaan,
serta mampu
mengalokasikan sumber daya organisasi secara optimal
untuk
mengantisipasi perubahan yang akan terjadi, 3) pengelolaan
hubungan,
yaitu kemampuan untuk membina hubungan di tengah-tengah
jaringan kerja
yang kompleks, baik dengan partner usaha maupun pihak
lain yang
memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan organisasi.
Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Diyakini
banyak pihak bahwa organisasi masa depan menghadapi
perubahan-perubahan
yang akan mempengaruhi kehidupan organisasi.
Apapun gaya
kepemimpinan yang akan dipilih, dalam kondisi seperti itu
organisasi
membutuhkan kepemimpinan yang efektif sehingga bisa
mengantar
organisasi mencapai tujuannya. Pada Tabel 2 disajikan berbagai
ide/gagasan
dari sejumlah tokoh mengenai kepemimpinan yang efektif.
Keefektifan
kepemimpinan merupakan sesuatu yang sulit diukur
karena
sifatnya yang multidimesional dan kualitatif. Sebagai bahan rujukan,
Tannenbaum and
Schmidt (1958) dalam Sofiati (1995) menyatakan bahwa
suatu studi
telah dilakukan terhadap 161 manajer yang merupakan peserta
Program
Pendidikan Manajemen pada Sekolah Bisnis Harvard untuk
mengidentifikasi
karakteristik-karakteristik yang dibutuhkan untuk menjadi
pemimpin yang
efektif. Hasil yang diperoleh menunjukkan karakteristikkarakteristik
pemimpin yang
efektif meliputi: 1) mengembangkan, melatih,
dan mengayomi
bawahan, 2) berkomunikasi secara efektif dengan
bawahan, 3)
memberi informasi kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan
perusahaan
dari mereka, 4) menetapkan standar hasil kerja yang
tinggi, 5)
mengenali bawahan beserta kemampuannya, 6) memberi
peranan kepada
para bawahan dalam proses pengambilan keputusan, 7)
selalu memberi
informasi kepada bawahan mengenai kondisi perusahaan,
8) waspada
terhadap kondisi moral perusahaan dan selalu berusaha untuk
meningkatkannya,
9) bersedia melakukan perubahan dalam melakukan
sesuatu, dan
10) menghargai prestasi bawahan.
Jika melihat
karakteristik pemimpin yang efektif tersebut, sekilas
tampak bahwa
keefektifan suatu kepemimpinan dapat tercapai jika seorang
pemimpin mampu
menjalin komunikasi yang baik dengan para bawahan,
karena
dipahami bahwa bersama-sama para bawahan seorang pemimpin
bekerja untuk
mencapai tujuan organisasi. Permasalahannya, siapa yang
pantas
memberikan penilaian terhadap keefektifan kepemimpinan?
Seorang
pemimpin adalah centre
of organization, penilaian terhadap
seorang
pemimpin mestinya dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya
yang selalu
berinteraksi dan menjalankan aktivitas organisasi bersama-
sama. Dalam
hal ini, para bawahanlah yang paling mengetahui roda
sebuah
kepemimpinan.
Tahapan Menuju Kepemimpinan yang
Efektif
Kepemimpinan
adalah sebuah proses interaksi yang melibatkan
pemimpin
sebagai titik sentral dengan para bawahan/pengikut dan dipengaruhi
oleh faktor
lingkungan (situasi). Keefeketifan pemimpin sangat
bergantung
pada bagaimana interaksi antara pemimpin dengan bawahan
ISSN:
0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan
Strategi….
EDISI
KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 125
dan situasi
berlangsung. Menjadi pemimpin yang efektif, tidak bisa terjadi
seketika,
namun membutuhkan proses panjang. Menyadari hal itu, banyak
organisasi
membuat perencanaan suksesi dan pendidikan-latihan khusus
untuk
memperoleh figur pemimpin yang memenuhi kapabilitas sesuai persyaratan
di atas. Untuk
menjadi pemimpin yang efektif organisasi masa
depan, menurut
Quirke (1995) dalam Mulyadi (1998), 5 tahap berikut harus
dilalui,
yaitu: awareness (kesadaran), understanding (pemahaman), support
(dukungan), involvement (keterlibatan), dan commitment (komitmen).
Kesadaran akan
adanya perubahan berarti seorang pemimpin memiliki
kemampuan untuk
menyadari, memahami, memberi dukungan, melibatkan
diri, dan
memiliki komitmen terhadap perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi.
PENDEKATAN PENINGKATAN KEEFEKTIFAN
KEPEMIMPINAN
Strategi Peningkatan Keefektifan
Kepemimpinan
Di atas telah
diuraikan tentang karakteristik kepemimpinan yang
efektif dan
kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin untuk mencapai
keefektifan.
Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana seandainya sebuah
kepemimpinan
dinilai tidak mencapai keefektifan? Tannenbaum dan
Schmidt (1958)
dalam Sofiati (1995) menyebutkan bahwa untuk mengatasi
kemungkinan
munculnya ketidakefektifan, organisasi perlu menciptakan
leadership substitutes, leadership
neutralizers, dan leadership enhancers.
Esensi dari
ketiga strategi tersebut adalah penciptaan karakteristik tertentu
pada
organisasi yang menyangkut tugas dan bawahan/karyawan sebagai
petunjuk dalam
pelaksanaan tugas. Dengan demikian tugas seorang
pemimpin dapat
digantikan (leadership
substitutes). Penciptaan karakteristik
tertentu yang
ditujukan untuk membantu tugas pemimpin dalam
meningkatkan
pengaruh kepada bawahan, disebut leadership
enhancers.
Penciptaan
karakteristik tertentu yang ditujukan untuk menetralisir dan
mengurangi
pengaruh atasan terhadap bawahan, disebut leadership
nautralizers. Operasionalisasi
upaya peningkatan keefektifan kepemimpinan,
organisasi
dapat mengadopsi strategi yang disebut “Creative
Strategies
for Improving Leadership
Effectiveness"
Model Diagnosis Perilaku Organisasi
Organisasi
adalah suatu kesatuan yang dinamis dan memiliki
karakteristik
sebagai sistem sosial yang terbuka. Perilaku organisasi ada
pada setiap
tingkat sistem (individu, kelompok, dan organisasi) dan merupakan
proses yang
tidak pernah berhenti. Kepemimpinan yang efektif akan
terjadi jika
seorang pemimpin mampu mendiagnosa perilaku anggota organisasi
dalam sistem
sosial yang kompleks. Agar dapat memahami perilaku
organisasi,
pemimpin organisasi membutuhkan suatu model diagnosa
perilaku
organisasi. Untuk keperluan tersebut, Nadler dan Tushman dalam
Kolb, et al.
(1998) menyodorkan sebuah model yang diberi nama “A Congruence
Model for Diagnosing Organizational
Behavior”. Untuk memahami
apa dan
bagaimana model tersebut, terlebih dahulu kita perlu melihat organisasi
sebagai suatu
sistem terbuka yang memiliki komponen input,
proses
transformasi, dan output. Ada tiga kelompok input dalam sistem
tersebut,
yaitu: lingkungan, sumber daya, dan strategi. Proses tranformasi
dapat
dipandang sebagai interaksi antara empat komponen utama sistem
organisasi,
yang meliputi: tugas organisasi, individu yang ada dalam sistem
organisasi,
susunan organisasi, dan organisasi informal. Sedangkan output
ISSN:
0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan
Strategi….
EDISI
KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 127
sistem
merupakan hasil interaksi antar komponen input. Output utama dari
sistem
organisasi dapat berupa pengaruh individu dan perilaku serta fungsi
sistem dalam
pencapaian tujuan maupun adaptasi.
Model diagnosa
perilaku organisasi yang dimaksud di sini memfokuskan
pada
ketergantungan antar komponen dalam sistem organisasi.
Organisasi
dibentuk dari komponen atau bagian yang saling berinteaksi,
dalam kondisi
yang relatif seimbang, konsisten, dan saling menyesuaikan
diri dengan
komponen lainnya. Model ini bisa menjadi kerangka kerja yang
memberi
petunjuk dalam mendiagnosa, megevaluasi tindakan alternatif,
dan memberikan
umpan balik bagi hasil tindakan pemimpin. Gambar 2
menyajikan
siklus pemecahan masalah dalam sistem organisasi. Siklus
pemecahan
masalah meliputi tiga tahapan, meliputi: 1) tahapan diagnosa
(identifikasi
sistem, menentukan sifat variabel kunci, diagnosa tingkat kesesuaian
dan hubungan
dengan perilaku, dan identifikasi problem kritis
sistem
organisasi), 2) tahapan penentuan solusi alternatif dan rencana
tindakan
(mengembangkan solusi alternatif, mengevaluasi strategi alternatif,
dan memilih
strategi yang akan dimplementasikan), 3) tahapan
evaluasi dan
umpan balik.
PENUTUP
Organisasi
masa depan yang mampu bertahan adalah organisasi
yang memiliki
kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yang efektif memiliki
10
karakteristik: 1) mengembangkan, melatih, dan mengayomi bawahan, 2)
berkomunikasi
secara efektif dengan bawahan, 3) memberi informasi
kepada bawahan
mengenai apa yang diharapkan perusahaan dari mereka,
4) menetapkan
standar hasil kerja yang tinggi, 5) mengenali bawahan beserta
kemampuannya,
6) memberi peranan kepada para bawahan dalam
proses
pengambilan keputusan, 7) selalu memberi informasi kepada
bawahan
mengenai kondisi perusahaan, 8) waspada terhadap kondisi
moral
perusahaan dan selalu berusaha untuk meningkatkannya, 9)
bersedia
melakukan perubahan dalam melakukan sesuatu, dan 10)
menghargai
prestasi bawahan.
Oleh karena
menjadi pemimpin yang efektif membutuhkan proses,
maka sebuah
organisasi dapat menggunakan strategi berikut untuk
meningkatkan
keefektifan, yaitu: leadership
substitues, ledaership enhancers,
dan leadership neutralizers. Kepemimpinan
yang efektif juga
memerlukan
model untuk mendiagnosa perilaku organisasi. Model yang
bisa digunakan
adalah “A Congruence
Model for Diagnosing Organizational
Behavior”.
Dengan model tersebut segala permasalahan perilaku
organisasi
dapat diketahui dan ditemukan strategi pemecahannya.
ISSN:
0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan
Strategi….
EDISI
KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 129
DAFTAR PUSTAKA
Bass, Bernard
M. (1985),”Leadership: Good, better, best”. Organizational
Dynamics,
Vol.13, pp. 59-80.
Bass, Bernard
M. (1990),”From Transactional to Transformational Leadership:
Learning to
Share the Vision”, Organizational
Dynamics, Vol.18, pp.
19-31.
Bass, Bernard
M. and Avolio, Bruce, J. (1993),” Transformational Leadership
and
Organizational Culture”. PAQ,
Spring.
Brill, Peter
L. and Worth, Richard. (1997),”The
Four Levels of Corporate
Change”,
Amacom: New York.
Chandra,
Aditiawan. (1996),”Visionary Leadership: Gaya Kepemimpinan untuk
OrganisasiMasa
Depan”. Usahawan, September, hal. 10-14.
Collin, J.C.
and Porras, J.I. (1996),”Buliding Your Company’s Vision”, Harvard
Business Review,
Sept-Oct.
Fiedler, Fred
E., (1964),”The Contingency Model of Leadership Effectiveness”.
Advance in Experimental Social
Psychology, Vol.3, No.4.
Handy,
Charles. (1996),”The
New Languange of Organizing and Its Implications
for Leaders”,
Dalam Frances Haesselbein, Marshal Goldsmith,
Richard
Beckard (Eds). The Leader of The Future: New Vision,
Strategies and
Practices for The Next Era. San Fransisco: Jossey-
Bass
Publisher.
Heifetz, R.A.
and Laurie, D.L. (1997),” The Work of Leadership”, Harvard
Business Review,
Jan-Feb.
Hitt, William
D. (1993),”The Model Leader: A Fully Functioning Person”,
Leadership & Development Journal,
Vol.14, No.7, pp. 4-11.
House, Robert
J. (1971),”A Path-Goal Theory of Leader Effectiveness”.
Administrative Science Quarterly,
September, p.321-338.
Kotter, John
P. (1996),” Leading
Change”, Harvard University Business School.
Mulyadi.
(1998),”Total Quality
Management”, Yogyakarta: Aditya Media (Edisi I).
Nadler, David
A. and Tushman, Michael.,”A
Congruence Model for Diagnosing
Organizational Behavior”, dalam
Kolb, David A., et al. (1998) The
Organizational
Behavior Readers. Sixth Ed., Prentice Hall: International
Edition.
Nursya’bani
Purnama, Kepemimpinan
Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN:
0853-7665
130
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
Nanus, Burt.
(1992), “Visionary
Leadership”. San Fransisco: Jossey-Bass
Publishers.
Pradiansyah,
Arvan. (1996), “Visionary Leader”. Usahawan, September, hal. 18-
20.
Robbin,
Stephen P. (1996),”Orgaizational
Culture and Leadership”. New Jersey:
Prentice-Hall.
Seltzer,
Joseph. and Bass, Bernard M. (1990),”Transformational Leadership:
Beyond
Initiation and Consideration”, Journal
of Management, Vol.16,
No.4, pp.
693-703.
Sofiati, Evi.
(1995),”Mencari Pola Kepemimpinan yang Efektif”, Usahawan,
Januari, hal.
20-25.
Spencer, Lyle
M. and Spencer, Signe M. (1993),”Competence
at Work: Models
for Superior Performance”,
JohnWiley & son, Inc.
Spencer, Lyle
M., McClelland, David C., Spencer, Signe M. (1994),”
Competency Assesment Methods”:
History and State of the Art.
Hay/McBer
Research Press.
Tanri Abeng.
(1997),”DariMeja Tanri Abeng: Gagasan,Wawasan, Terapan, dan
Renungan”,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
White, Randall
P., Hodgson, Philip. and Crainer, Stuart. (1996),”The Future of
Leadership:
AWhiteWater Revolution”, London: Pitman Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar