Rabu, 15 Februari 2012

KEPEMIMPINAN ORGANISASI MASA DEPAN KONSEP DAN STRATEGI KEEFEKTIFAN


Hal.: 115 – 129
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 115
KEPEMIMPINAN ORGANISASI MASA DEPAN
KONSEP DAN STRATEGI KEEFEKTIFAN*)

Nursya’bani Purnama
Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia

Abstract
Future organization will face business environment changes that demand organization to build new
competence. Leadership becomes a critical factor that must be possessed by future organization leaders. To
sustain organization’s success, future organization leaders have to formulate the precise and clear vision and
communicate the vision through all organization elements. The prominent competence possessed by future
organization leaders involves strategic thinking ability, leadership in change and skill developing a good
relationship.
In addition to there are special skills concering difficult learning, maximing energy, resonant simplicity,
multiple focus, and mastering inner sense.

Key words: Kepemimpinan, Kompetensi, Strategi Keefektifan

PENDAHULUAN
Tanpa memperhatikan industri, ukuran atau lokasi, memasuki
abad 21, organisasi bisnis dihadapkan pada berbagai tantangan bisnis
yang kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi
membangun kemampuan baru. Tantangan yang paling kompetitif
adalah penyesuaian kepada perubahan yang tiada henti-hentinya. Faktor-
faktor lingkungan bisnis yang terus mengalami perubahan, menjadikan
masa depan bisnis semakin tidak pasti dan mengalami turbulansi.
Perubahan-perubahan yang terjadi menuntut organisasi untuk membangun
kemampuan baru. Organisasi harus selalu dalam kondisi transformasi yang
tidak pernah berakhir, bersifat fundamental, dan kontinyu.
Mendasarkan pada gambaran di atas, kepemimpinan yang efektif
menjadi faktor kritis yang sangat menentukan keberhasilan organisasi.
Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi, organisasi
membutuhkan pemimpin dan kepemimpinan yang cocok dengan karakteristik
organisasi masa depan. Pertanyaannya, kepemimpinan yang bagaimana
yang harus dimiliki yang bisa membawa organisasi mencapai tujuannya?
Untuk menjawab hal itu, tulisan ini akan mencoba mencari dan menelusuri
*) Pernah diterbitkan pada Jurnal Siasat Bisnis edisi No. 5 Vol. 1, 2000
Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN: 0853-7665
116 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
jawaban, serta menyodorkan karakteristik kepemimpinan yang efektif organisasi
masa depan. Pembahasan berturut-turut meliputi teori kepemimpinan,
karakteristik kepemimpinan yang efektif, pendekatan peningkatan
keefektifan kepemimpinan, dan disertai model diagnosis perilaku organisasi
yang mendukung kepemimpinan yang efektif.

TEORI KEPEMIMPINAN
Teori Kepemimpinan
Beberapa teori kepemimpinan telah dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Robbin (1996) terdapat tiga pendekatan teori kepemimpinan, yaitu:
1) pendekatan teori sifat, 2) pendekatan teori perilaku, dan 3) pendekatan
teori kontinjensi. Menurut teori sifat, pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat.
Para pemimpin memiliki pembawaan sejak lahir yang memungkinkan
mereka memimpin orang lain. Teori perilaku menyatakan bahwa isu utama
dalam kepemimpinan adalah menjadikan pemimpin efektif atau gaya
kepemimpinan terbaik. Keefektifan pemimpin menggunakan gaya khusus
untuk memimpin perorangan dan kelompok dalam mencapai tujuan tertentu
akan menghaisilkan moral dan produktivitas yang tinggi. Sedangkan teori
kontinjensi menyatakan bahwa keefektifan personalitas, gaya, atau perilaku
pemimpin tergantung pada sejauhmana pemimpin mampu menyesuaikan
dengan situasi yang dihadapi. Beberapa pendekatan yang lebih mutakhir
antara lain teori kepemimpinan karismatik (Housse: 1977, Conger dan
Kanungo:1988), kepemimpinan transaksional-transformasional (Burn:
1978, Bass: 1985, Seltzer dan Bass: 1990, Bass dan Avolio: 1993), dan
kepemimpinan visioner (Nanus:1992).
Menjadi pemimpin tidak bisa terjadi seketika, tetapi membutuhkan
perjalanan yang tidak singkat. Bennis dalam Hitt (1993), memberikan pandangan
secara umum tentang kepemimpinan. Dia mengatakan bahwa
proses menjadi pemimpin identik dengan proses menjadi manusia seutuhnya.
Jalur yang harus ditempuh pemimpin sebagai orang yang berfungsi
sepenuhnya melalui sejumlah kebijaksanaan berikut:
1) Kepemimpinan pada umumnya didefinisikan sebagai suatu pengaruh,
seni atau proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan bertindak
secara sukarela menuju pencapaian tujuan kelompok.
2) Pengaruh ini ditimbulkan melalui hubungan pribadi yang efektif antara
pemimpin dan pengikut. Hubungan ini akan mendongkrak pengikut
menjadi pribadi yang lebih baik.
ISSN: 0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi….
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 117
3) Bagi seorang pemimpin agar dapat menyelaraskan pengikut menjadi
pribadi yang lebih baik, pemimpin harus berada pada “level keadaan
yang lebih baik” dari pengikutnya.
4) Dengan level kedaan yang lebih baik berarti pemimpin memiliki kematangan
secara psikologis. Derajat kemampuan pemimpin menciptakan
hubungan yang mendorong pertumbuhan pengikut sebagai pribadi yang
terpisah merupakan ukuran pertumbuhan psikologis.
5) Pemimpin yang matang kepribadiannya adalah orang yang berfungsi
sepenuhnya. Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang
yang menggunakan semua kemampuan yang telah dibentuk menjadi
suatu kesatuan.
Untuk menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya, menurut paradigma
kepemimpinan, setiap manusia memiliki potensi untuk mendaki empat
tingkatan potensi manusia, yaitu:
1) Empirical existence (eksistensi empiris)
Hidup dalam dunia sehari-hari, mencari kesenangan dan menghindari
kesedihan. Pada tingkatan ini seseorang akan mampu menciptakan
peta untuk mengatasi persoalan kehidupan sehari-hari.
2) Consciousness at large (kesadaran yang luas)
Memperoleh pengetahuan obyektif, pengetahuan yang valid dan universal.
Pada tingkatan ini seseorang bisa menciptakan peta pengetahuan
obyektif, valid, dan universal.
3) Spirit (semangat)
Mengidentifikasi gagasan-gagasan yang menonjol dalam gerakangerakan,
partai politik, lembaga-lembaga atau organisasi. Pada tingkatan
ini seseorang akan mampu menciptakan peta untuk memandu
mengidentifikasi gagasan dan keyakinan.
4) Existenz (eksistensi)
Menemukan jatidiri secara otentik. Pada tingkatan ini seseorang akan
sadar bahwa dia memiliki kebebasan untuk menciptakan peta diri sendiri.

Kompetensi Kepemimpinan
Untuk menjadi pemimpin atau disebut menjadi orang yang berfungsi
sepenuhnya, seorang pemimpin harus melewati 4 tingkatan seperti
disinggung di atas (eksistensi empiris, kesadaran yang luas, semangat, dan
eksistensi). Tingkatan tersebut bersifat hirarkis, setiap tingkatan yang lebih
tinggi mencakup dan memberi arahan tingkatan-tingkatan sebelumnya.
Pemimpin yang efektif akan selalu berusaha mengembangkan diri dan
Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN: 0853-7665
118 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
bergerak mendaki tangga hirarki. Pemimpin tidak punya batas untuk
mendaki puncak.
Untuk mendaki tingkatan-tingkatan dalam tangga potensi manusia,
seorang pemimpin harus memiliki kompetensi. Kompetensi adalah karakter
mendasar yang harus dimiliki seseorang yang menyebabkan dia sanggup
menunjukkan kinerja yang efektif atau superior di dalam suatu pekerjaan,
atau karakter mendasar yang memberikan kontribusi terhadap kinerja
menonjol dalam suatu pekerjaan (Spencer dan Spencer: 1993). Menurut
Hitt (1993) terdapat 25 kompetensi penting yang harus dimiliki seorang
pemimpin yang terangkum dalam 5 dimensi, yaitu: reason, sources of
power, knowledge, core leadership functions, dan character 

1) Reason (Nalar)
Setiap pemikiran manusia dipenuhi oleh konsep dan fakta. Nalar bisa
mengkonsolidasikan fakta dan konsep yang berlainan menjadi satu
kesatuan yang bermakna. Nalar selalu mempertanyakan, menguji, dan
menjawab fakta. Nalar menghubungkan semua orang dan memungkingkan
berhubungan dengan orang lain dengan berbagai budaya,
bahasa, yang mungkin bertentangan. Perwujudan nalar meliputi: 1)
ketrampilan konseptual, yaitu kemampuan untuk melakukan abstraksi
dan generalisasi, 2) pemikiran logis, yaitu kemampuan menerapkan
pendekatan sistematis dalam pemecahan masalah, 3) pemikiran
kreatif, yaitu kemampuan untuk membawa gagasan menjadi kenyataan,
4) pemikiran holistik, yaitu kemampuan mengangkat situasi total,
dan 5) komunikasi, yaitu kemampuan berdialog dengan orang lain,
beradu nalar dengan orang lain untuk mencari kebenaran yang bisa
diterima dua pihak.

2) Sources of power (sumber kekuasaan)
Saat ini kekuasaan dianggap sesuatu yang penting dalam kepemimpinan
yang efektif. Pemimpin yang efektif harus memiliki sumber-sumber
kekuasaan yang utama, yaitu: 1) staf, yaitu tim yang terdiri orang-orang
yang punya kesiapan, bersedia bekerja, dan memiliki kemampuan
melaksanakan pekerjaan, 2) informasi, yaitu pengetahuan yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan, dan 3) jaringan, yaitu kontak
pribadi, dengan siapa gagasan, informasi maupun sumber daya bisa
dibagi.
Handy (1996) menyebutkan tiga atribut yang perlu dimiliki oleh
pemimpin agar ia memperoleh kekuasaan dari pengikutnya, yaitu:
memiliki keyakinan diri yang kuat yang diimbangi dengan mempertanyakan
kembali keyakinan tersebut, memiliki kegairahan terhadap
pekerjaan yang diimbangi dengan kesadaran terhadap dunia lain, dan
mencintai orang yang diimbangi dengan keberanian untuk berjalan
dalam kesendirian. Pemimpin juga harus mendapat kredibilitas dan
kepercayaan dari para bawahan (Chandra: 1997; Pradiansyah: 1997).
Agar memperoleh kredibilitas, seorang pemimpin harus jujur, melihat
jauh ke depan, memberi inspirasi, dan cakap.

3) Knowledge (pengetahuan)
Pemimpin yang efektif harus memiliki pengetahuan. Meskipun tidak
semua informasi bisa dikuasai, mereka harus bisa menyaring informasi
yang penting. Pemimpin yang efektif memiliki 5 karakteristik
pengetahuan, meliputi: 1) mengetahui diri sendiri mengetahui kekuatan
Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN: 0853-7665
120 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
dan kelemahan diri sendiri dan secara aktif mencari umpan balik untuk
pertumbuhan, 2) mengetahui pekerjaan –memahami persyaratan kerja
dan bagaimana pekerjaan memberi kontribusi pada organisasi, 3)
mengetahui organisasi –memahami budaya organisasi dan bagaimana
melakukan segala sesuatu secara efektif dan efisien, 4) mengetahui
bisnis yang dimasuki– memahami lingkungan eksternal dengan baik
untuk mengetahui kebutuhan klien dan apa yang bernilai bagi klien,
dan 5) mengetahui dunia –memahami komunitas dunia dan bagaimana
komunitas yang kecil berhubungan dengan yang besar.

4) Core leadership function (fungsi kepemimpinan inti)
Pemimpin yang efektif harus mampu mengangkat nilai-nilai pengikutnya
dengan terus mendorong para pengikut untuk mendaki hirarki sehingga
muncul “nilai baru”. Pemimpin yang efektif melaksanakan 6
fungsi inti, yaitu: 1) menilai –mengetahui nilai-nilai organisasi dan
mampu menterjemahkan nilai-nilai tersebut dalam praktek, 2) membuat
–memiliki gambaran mental yang jelas tentang masa depan yang
dikehendaki organisasi, 3) memandu –membantu orang lain mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mencapai
visi tersebut, 4) memberdayakan –membantu orang lain bergerak
mencapai misi tersebut, 5) membangun tim –membangun koalisi
dengan orang yang membangun komitmen pada diri mereka sendiri
untuk mencapai visi tersebut, dan 6) mempromosikan kualitas –mencapai
reputasi untuk selalu memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

5) Character (karakter)
Pemimpin yang baik harus memiliki 6 karakteristik berikut: 1) identitas –
mengetahui dia siapa dan dia bukan siapa, memiliki keutuhan dan
integrasi, 2) kemandirian –menjadi orang yang bisa mengarahkan dirinya
sendiri, 3) keaslian –menunjukkan jati diri yang sesungguhnya
pada orang lain, mempertahankan kesesuaian antara nilai diri sendiri
dengan nilai yang ada di luarnya, 4) tanggung jawab terhadap tindakan
dan keputusan yang dilakukan, 5) keberanian untuk terus melangkah
meskipun ada hambatan, dan 6) integritas –dipandu oleh sejumlah
prinsip-prinsip moral dan diakui oleh orang lain sebagai orang yang
berintegritas.
Di samping harus memiliki kompetensi di atas, pemimpin yang efektif
bagi organisasi masa depan juga harus memiliki sejumlah ketrampilan
khusus. White, et al. (1997) menyebutkan ketrampilan khusus yang
harus dimiliki meliputi: difficult learning, maximizing energy, resonant
simplicity, multiple focus, dan mastering inner sense.
ISSN: 0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi….
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 121

Difficult learning
Dalam organisasi belajar, pemimpin organisasi harus mampu
mendorong seluruh anggota organisasi untuk mengidentifikasi apa yang
belum mereka ketahui dan segala sesuatu permasalahan yang belum
ditemukan cara pemecahannya.

Maximing energy
Pemimpin organisasi masa depan dengan memaksimalkan daya
harus bisa membuat keputusan bisnis yang berkualitas, memiliki dorongan
yang kuat untuk keluar dari status quo masa kini atau dari suatu
pemecahan yang kompromistis.

Resonant simplicity
Pemimpin organisasi masa depan harus punya ketrampilan
berpikir dan berlogika secara sederhana untuk mendukung kelancaran proses
komunikasi.

Multiple focuses
Pemimpin organisasi masa depan harus bisa menyatukan fokus
cara berpikir dan bertindak anggota organisasi yang berbeda menyangkut
rencana strategis dan kegiatan, melalui metode persuasif dan advocacy.

Mastering inner sense
Dalam kondisi yang diwarnai berbagai perubahan, keputusan
yang harus dibuat cepat pemimpin organisasi masa depan di samping
harus mampu berlogika dan menggunakan rasio, juga dituntut memiliki
kemampuan inner sense (kemampuan ilmu dalam). Dalam kondisi yang
serba gampang berubah dengan cepat, dengan kemampuan ilmu dalam
diharapkan seorang pemimpin dapat membuat keputusan dengan cepat
meskipun dengan resiko harus keluar dari “rel” aturan birokrasi.

KEPEMIMPINAN ORGANISASI MASA DEPAN
Visi dan Kompetensi Kepemimpinan Organisasi Masa Depan
Dengan landasan penalaran yang tajam, Brill dan Worth (1997)
memberikan ramalan bahwa organisasi masa depan yang akan mampu
bersaing harus memiliki visi yang jelas dan terarah. Visi adalah suatu
pernyataan yang berisi arahan yang jelas tentang apa yang harus diperbuat
organisasi di masa yang akan datang. “A vision is a realistic, credible,
attractive future for your organization” (Nanus: 1992). Visi yang jelas dan
Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN: 0853-7665
122 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
tepat sesuai dengan kebutuhan organisasi akan mampu menumbuhkan
hal-hal berikut: 1) menumbuhkan komitmen karyawan terhadap pekerjaan
dan mampu memupuk semangat kerja karyawan, 2) menumbuhkan rasa
kebermaknaan di dalam kehidupan kerja karyawan, 3) menumbuhkan
standar kerja yang prima, 4) menjembatani keadaan organisasi masa
sekarang dan masa depan. Penelitian Collin dan Porras (dalam Pradiansyah:
1997), menunjukkan bahwa organisasi yang memiliki visi dapat
melampaui prestasi organisasi yang tidak memiliki visi sampai 55 kali.
Suatu survai yang dilaksanakan majalah Fortune terhadap 1500
pimpinan senior perusahaan, mengungkapkan ciri-ciri atau kemampuan
paling dominan yang harus dimiliki pimpinan pada tahun 2000 adalah kemampuan
merumuskan visi masa depan (Korn: 1989 dalam Chandra:
1997). Menurut Kotter (1996) visi organisasi merupakan tanggung jawab
pemimpin organisasi. Visi adalah komponen sentral dari kepemimpinan
yang hebat (great leadership). Dengan visinya seorang pemimpin memberikan
jaminan kepastian/keamanan kepada anak buahnya dalam menyesuaikan
diri dengan perubahan karena pengaruh perubahan lingkungan
(Pradiansyah: 1997).
Sudah jelas bahwa pekerjaan yang tidak ringan dan menjadi keharusan
bagi seorang pemimpin untuk dapat merumuskan visi kepemimpinannya
(visi organisasi) dengan jelas dan terarah. Untuk dapat merumuskan
visi yang jelas, kepemimpinan organisasi harus mempertanyakan
hal-hal berikut (Nanus: 1992): apa visi dan tujuan organisasi saat ini, apa
manfaat organisasi bagi masyarakat, apa ciri wilayah kerja dan kerangka
kerja institusional dimana organisasi beroperasi, apa keunikan organisasi di
dalam wilayah garapan atau di dalam struktur yang dimasuki, dan hal-hal
apa yang harus dilakukan agar organisasi maju dan berkembang?
Di depan telah disodorkan kompetensi yang harus dimiliki seorang
pemimpin yang terangkum dalam 5 dimensi. Mendasarkan pada fenomena
perubahan yang terus menerus terjadi, di samping harus memiliki visi yang
jelas dan terarah, pemimpin organisasi masa depan harus memiliki
kompetensi yang menonjol sesuai lingkungan perubahan. Spencer, et al.
(1994) mengidentifikasi beberapa kompetensi yang akan semakin penting
bagi pemimpin organisasi masa depan yang meliputi: 1) kemampuan
berpikir strategis, yaitu kemampuan untuk memahami kecenderungan
perubahan lingkungan yang berlangsung cepat, peluang pasar, ancaman
kompetisi, kekuatan dan kelemahan organisasi yang dipimpinnya, serta
mampu mengidentifikasi tanggapan-tanggapan strategis, 2) kepemimpinan
dalam perubahan, yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan visi
ISSN: 0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi….
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 123
strategis organisasi kepada seluruh pihak yang terkait, menciptakan
komitmen dan motivasi, penggerak inovasi dan semangat kewirausahaan,
serta mampu mengalokasikan sumber daya organisasi secara optimal
untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi, 3) pengelolaan
hubungan, yaitu kemampuan untuk membina hubungan di tengah-tengah
jaringan kerja yang kompleks, baik dengan partner usaha maupun pihak
lain yang memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan organisasi.

Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Diyakini banyak pihak bahwa organisasi masa depan menghadapi
perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kehidupan organisasi.
Apapun gaya kepemimpinan yang akan dipilih, dalam kondisi seperti itu
organisasi membutuhkan kepemimpinan yang efektif sehingga bisa
mengantar organisasi mencapai tujuannya. Pada Tabel 2 disajikan berbagai
ide/gagasan dari sejumlah tokoh mengenai kepemimpinan yang efektif.
Keefektifan kepemimpinan merupakan sesuatu yang sulit diukur
karena sifatnya yang multidimesional dan kualitatif. Sebagai bahan rujukan,
Tannenbaum and Schmidt (1958) dalam Sofiati (1995) menyatakan bahwa
suatu studi telah dilakukan terhadap 161 manajer yang merupakan peserta
Program Pendidikan Manajemen pada Sekolah Bisnis Harvard untuk
mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang dibutuhkan untuk menjadi
pemimpin yang efektif. Hasil yang diperoleh menunjukkan karakteristikkarakteristik
pemimpin yang efektif meliputi: 1) mengembangkan, melatih,
dan mengayomi bawahan, 2) berkomunikasi secara efektif dengan
bawahan, 3) memberi informasi kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan
perusahaan dari mereka, 4) menetapkan standar hasil kerja yang
tinggi, 5) mengenali bawahan beserta kemampuannya, 6) memberi
peranan kepada para bawahan dalam proses pengambilan keputusan, 7)
selalu memberi informasi kepada bawahan mengenai kondisi perusahaan,
8) waspada terhadap kondisi moral perusahaan dan selalu berusaha untuk
meningkatkannya, 9) bersedia melakukan perubahan dalam melakukan
sesuatu, dan 10) menghargai prestasi bawahan.
Jika melihat karakteristik pemimpin yang efektif tersebut, sekilas
tampak bahwa keefektifan suatu kepemimpinan dapat tercapai jika seorang
pemimpin mampu menjalin komunikasi yang baik dengan para bawahan,
karena dipahami bahwa bersama-sama para bawahan seorang pemimpin
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Permasalahannya, siapa yang
pantas memberikan penilaian terhadap keefektifan kepemimpinan?
Seorang pemimpin adalah centre of organization, penilaian terhadap
seorang pemimpin mestinya dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya
yang selalu berinteraksi dan menjalankan aktivitas organisasi bersama-
sama. Dalam hal ini, para bawahanlah yang paling mengetahui roda
sebuah kepemimpinan.

Tahapan Menuju Kepemimpinan yang Efektif
Kepemimpinan adalah sebuah proses interaksi yang melibatkan
pemimpin sebagai titik sentral dengan para bawahan/pengikut dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (situasi). Keefeketifan pemimpin sangat
bergantung pada bagaimana interaksi antara pemimpin dengan bawahan
ISSN: 0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi….
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 125
dan situasi berlangsung. Menjadi pemimpin yang efektif, tidak bisa terjadi
seketika, namun membutuhkan proses panjang. Menyadari hal itu, banyak
organisasi membuat perencanaan suksesi dan pendidikan-latihan khusus
untuk memperoleh figur pemimpin yang memenuhi kapabilitas sesuai persyaratan
di atas. Untuk menjadi pemimpin yang efektif organisasi masa
depan, menurut Quirke (1995) dalam Mulyadi (1998), 5 tahap berikut harus
dilalui, yaitu: awareness (kesadaran), understanding (pemahaman), support
(dukungan), involvement (keterlibatan), dan commitment (komitmen).
Kesadaran akan adanya perubahan berarti seorang pemimpin memiliki
kemampuan untuk menyadari, memahami, memberi dukungan, melibatkan
diri, dan memiliki komitmen terhadap perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi.

PENDEKATAN PENINGKATAN KEEFEKTIFAN KEPEMIMPINAN
Strategi Peningkatan Keefektifan Kepemimpinan
Di atas telah diuraikan tentang karakteristik kepemimpinan yang
efektif dan kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin untuk mencapai
keefektifan. Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana seandainya sebuah
kepemimpinan dinilai tidak mencapai keefektifan? Tannenbaum dan
Schmidt (1958) dalam Sofiati (1995) menyebutkan bahwa untuk mengatasi
kemungkinan munculnya ketidakefektifan, organisasi perlu menciptakan
leadership substitutes, leadership neutralizers, dan leadership enhancers.
Esensi dari ketiga strategi tersebut adalah penciptaan karakteristik tertentu
pada organisasi yang menyangkut tugas dan bawahan/karyawan sebagai
petunjuk dalam pelaksanaan tugas. Dengan demikian tugas seorang
pemimpin dapat digantikan (leadership substitutes). Penciptaan karakteristik
tertentu yang ditujukan untuk membantu tugas pemimpin dalam
meningkatkan pengaruh kepada bawahan, disebut leadership enhancers.
Penciptaan karakteristik tertentu yang ditujukan untuk menetralisir dan
mengurangi pengaruh atasan terhadap bawahan, disebut leadership
nautralizers. Operasionalisasi upaya peningkatan keefektifan kepemimpinan,
organisasi dapat mengadopsi strategi yang disebut “Creative Strategies
for Improving Leadership Effectiveness" 

Model Diagnosis Perilaku Organisasi
Organisasi adalah suatu kesatuan yang dinamis dan memiliki
karakteristik sebagai sistem sosial yang terbuka. Perilaku organisasi ada
pada setiap tingkat sistem (individu, kelompok, dan organisasi) dan merupakan
proses yang tidak pernah berhenti. Kepemimpinan yang efektif akan
terjadi jika seorang pemimpin mampu mendiagnosa perilaku anggota organisasi
dalam sistem sosial yang kompleks. Agar dapat memahami perilaku
organisasi, pemimpin organisasi membutuhkan suatu model diagnosa
perilaku organisasi. Untuk keperluan tersebut, Nadler dan Tushman dalam
Kolb, et al. (1998) menyodorkan sebuah model yang diberi nama “A Congruence
Model for Diagnosing Organizational Behavior”. Untuk memahami
apa dan bagaimana model tersebut, terlebih dahulu kita perlu melihat organisasi
sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki komponen input,
proses transformasi, dan output. Ada tiga kelompok input dalam sistem
tersebut, yaitu: lingkungan, sumber daya, dan strategi. Proses tranformasi
dapat dipandang sebagai interaksi antara empat komponen utama sistem
organisasi, yang meliputi: tugas organisasi, individu yang ada dalam sistem
organisasi, susunan organisasi, dan organisasi informal. Sedangkan output
ISSN: 0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi….
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 127
sistem merupakan hasil interaksi antar komponen input. Output utama dari
sistem organisasi dapat berupa pengaruh individu dan perilaku serta fungsi
sistem dalam pencapaian tujuan maupun adaptasi.
Model diagnosa perilaku organisasi yang dimaksud di sini memfokuskan
pada ketergantungan antar komponen dalam sistem organisasi.
Organisasi dibentuk dari komponen atau bagian yang saling berinteaksi,
dalam kondisi yang relatif seimbang, konsisten, dan saling menyesuaikan
diri dengan komponen lainnya. Model ini bisa menjadi kerangka kerja yang
memberi petunjuk dalam mendiagnosa, megevaluasi tindakan alternatif,
dan memberikan umpan balik bagi hasil tindakan pemimpin. Gambar 2
menyajikan siklus pemecahan masalah dalam sistem organisasi. Siklus
pemecahan masalah meliputi tiga tahapan, meliputi: 1) tahapan diagnosa
(identifikasi sistem, menentukan sifat variabel kunci, diagnosa tingkat kesesuaian
dan hubungan dengan perilaku, dan identifikasi problem kritis
sistem organisasi), 2) tahapan penentuan solusi alternatif dan rencana
tindakan (mengembangkan solusi alternatif, mengevaluasi strategi alternatif,
dan memilih strategi yang akan dimplementasikan), 3) tahapan
evaluasi dan umpan balik.

PENUTUP
Organisasi masa depan yang mampu bertahan adalah organisasi
yang memiliki kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yang efektif memiliki
10 karakteristik: 1) mengembangkan, melatih, dan mengayomi bawahan, 2)
berkomunikasi secara efektif dengan bawahan, 3) memberi informasi
kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan perusahaan dari mereka,
4) menetapkan standar hasil kerja yang tinggi, 5) mengenali bawahan beserta
kemampuannya, 6) memberi peranan kepada para bawahan dalam
proses pengambilan keputusan, 7) selalu memberi informasi kepada
bawahan mengenai kondisi perusahaan, 8) waspada terhadap kondisi
moral perusahaan dan selalu berusaha untuk meningkatkannya, 9)
bersedia melakukan perubahan dalam melakukan sesuatu, dan 10)
menghargai prestasi bawahan.
Oleh karena menjadi pemimpin yang efektif membutuhkan proses,
maka sebuah organisasi dapat menggunakan strategi berikut untuk
meningkatkan keefektifan, yaitu: leadership substitues, ledaership enhancers,
dan leadership neutralizers. Kepemimpinan yang efektif juga
memerlukan model untuk mendiagnosa perilaku organisasi. Model yang
bisa digunakan adalah “A Congruence Model for Diagnosing Organizational
Behavior”. Dengan model tersebut segala permasalahan perilaku
organisasi dapat diketahui dan ditemukan strategi pemecahannya.
ISSN: 0853-7665 Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi….
EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005 129

DAFTAR PUSTAKA
Bass, Bernard M. (1985),”Leadership: Good, better, best”. Organizational
Dynamics, Vol.13, pp. 59-80.
Bass, Bernard M. (1990),”From Transactional to Transformational Leadership:
Learning to Share the Vision”, Organizational Dynamics, Vol.18, pp.
19-31.
Bass, Bernard M. and Avolio, Bruce, J. (1993),” Transformational Leadership
and Organizational Culture”. PAQ, Spring.
Brill, Peter L. and Worth, Richard. (1997),”The Four Levels of Corporate
Change”, Amacom: New York.
Chandra, Aditiawan. (1996),”Visionary Leadership: Gaya Kepemimpinan untuk
OrganisasiMasa Depan”. Usahawan, September, hal. 10-14.
Collin, J.C. and Porras, J.I. (1996),”Buliding Your Company’s Vision”, Harvard
Business Review, Sept-Oct.
Fiedler, Fred E., (1964),”The Contingency Model of Leadership Effectiveness”.
Advance in Experimental Social Psychology, Vol.3, No.4.
Handy, Charles. (1996),”The New Languange of Organizing and Its Implications
for Leaders”, Dalam Frances Haesselbein, Marshal Goldsmith,
Richard Beckard (Eds). The Leader of The Future: New Vision,
Strategies and Practices for The Next Era. San Fransisco: Jossey-
Bass Publisher.
Heifetz, R.A. and Laurie, D.L. (1997),” The Work of Leadership”, Harvard
Business Review, Jan-Feb.
Hitt, William D. (1993),”The Model Leader: A Fully Functioning Person”,
Leadership & Development Journal, Vol.14, No.7, pp. 4-11.
House, Robert J. (1971),”A Path-Goal Theory of Leader Effectiveness”.
Administrative Science Quarterly, September, p.321-338.
Kotter, John P. (1996),” Leading Change”, Harvard University Business School.
Mulyadi. (1998),”Total Quality Management”, Yogyakarta: Aditya Media (Edisi I).
Nadler, David A. and Tushman, Michael.,”A Congruence Model for Diagnosing
Organizational Behavior”, dalam Kolb, David A., et al. (1998) The
Organizational Behavior Readers. Sixth Ed., Prentice Hall: International
Edition.
Nursya’bani Purnama, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi … ISSN: 0853-7665
130 EDISI KHUSUS JSB ON HUMAN RESOURCES, 2005
Nanus, Burt. (1992), “Visionary Leadership”. San Fransisco: Jossey-Bass
Publishers.
Pradiansyah, Arvan. (1996), “Visionary Leader”. Usahawan, September, hal. 18-
20.
Robbin, Stephen P. (1996),”Orgaizational Culture and Leadership”. New Jersey:
Prentice-Hall.
Seltzer, Joseph. and Bass, Bernard M. (1990),”Transformational Leadership:
Beyond Initiation and Consideration”, Journal of Management, Vol.16,
No.4, pp. 693-703.
Sofiati, Evi. (1995),”Mencari Pola Kepemimpinan yang Efektif”, Usahawan,
Januari, hal. 20-25.
Spencer, Lyle M. and Spencer, Signe M. (1993),”Competence at Work: Models
for Superior Performance”, JohnWiley & son, Inc.
Spencer, Lyle M., McClelland, David C., Spencer, Signe M. (1994),”
Competency Assesment Methods”: History and State of the Art.
Hay/McBer Research Press.
Tanri Abeng. (1997),”DariMeja Tanri Abeng: Gagasan,Wawasan, Terapan, dan
Renungan”, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
White, Randall P., Hodgson, Philip. and Crainer, Stuart. (1996),”The Future of
Leadership: AWhiteWater Revolution”, London: Pitman Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar